Setelah Hampir 11 Tahun, Singapura Kembali Mengalami Resesi

0
2147
Singapura Resesi

Baru-baru ini telah dikabarkan bahwa Singapura secara resmi jatuh ke dalam jurang resesi ekonomi. Berdasarkan pengumuman MTI (Ministry of Trade & Industry) atau Kementerian Perdagangan dan Industri, perekonomian negara singa Merlion itu kian terpuruk pada kuartal ke-2 di tahun 2020 ini dengan angka kontraksi menembus minus 41%. Bahkan, Singapura resesi kali ini dianggap yang terburuk sejak kemerdekaannya di tahun 1965. 

Polling Reuters sebelumnya menyatakan, kondisi ekonomi Singapura secara kuartalan ekonomi diprediksi akan menyusut hingga minus 37,4%. Sementara itu, berdasarkan polling Bloomberg, ekonomi Singapura secara tahunan akan berkontraksi hingga hanya 11,3%. Menurut para ekonom Singapura, angka-angka tersebut lebih buruk dibandingkan dengan yang mereka perkirakan sebelumnya. 

Resesi ekonomi sejatinya memang dapat diindikasikan oleh kontraksi ekonomi suatu negara secara berturut-turut selama dua kuartal atau bahkan lebih. Dalam kasus Singapura, tentunya persentase kontraksi ekonomi dalam dua kartal tersebut sudah lebih dari cukup untuk menyatakan bahwa negara itu sudah mengalami resesi. 

Singapura Resesi bukan Pertama Kali

Berita buruk bahwa Singapura resesi memang diakui sangat mengejutkan. Pasalnya, negara kota tersebut dikenal sebagai salah satu negara termaju secara ekonomi dan infrastruktur di kawasan benua Asia Tenggara. Namun, rupanya ini bukan pertama kalinya Singapura mengalami krisis moneter. 

Berdasarkan data yang dilansir dari situs web resmi pemerintah Singapura, negara itu perdana mengalami resesi pada tahun 1985 lalu. Angka pertumbuhan ekonominya yang berada pada 8,5% tiap tahunnya mulai mengalami penyusutan sejak setahun sebelumnya. Setelah itu, perekonomian Singapura kembali menguat meskipun dihadang beragam kendala.  

Tantangan demi tantangan dihadapi dengan penuh kekuatan, seperti krisis moneter Asia periode 1997-1998, ancaman maupun serangan teror dari Jamaah Islamiyah pada tanggal 11 September 2001, serta pandemi sindrom pernapasan akut (SARS) yang merebak pada tahun 2003. Belum lagi, Singapura juga harus menghadapi resesi finansial global periode 2007-2009 yang lalu. 

Pada krisis moneter global tahun 2008-2009 yang diakibatkan oleh bangkrutnya Lehman Brothers (bank investasi Amerika Serikat), Singapura pun ikut jatuh ke dalam jurang resesi. 

Dampak Resesi Singapura terhadap Indonesia

Para ekonom Indonesia, termasuk Indef Bhima Yudistira menganggap kabar Singapura resesi ini dapat menjadi sebuah peringatan untuk Indonesia, terutama di sektor perdagangan. Menurutnya, Indonesia akan ikut terdampak juga dalam hubungan investasi dan perdagangan dengan Singapura. 

Bagaimana bisa? Sebagian arus ekspor-impor barang Indonesia selama ini memang melalui jalur Singapura. Bila negara tersebut mengalami resesi, otomatis, kinerja perdagangan RI juga akan menurun. Menteri Keuangan Sri Mulyani pun sudah mulai mewaspadainya. Ia menyatakan bahwa pemerintah akan menggunakan total mekanisme anggaran untuk menggantikan sektor ekspor, investasi, serta konsumsi yang mulai melemah. 

Sebagai salah satu usaha dalam rangka mengatasi masalah ini, Menkeu Sri Mulyani bersama pemerintah mengadakan program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang akan menargetkan enam klaster secara bersamaan. Upaya ini dilakukan guna menghindari dampak dari resesi Singapura. 

Baca juga: Ini 5 Indikator Mengapa Indonesia dapat Mengalami Resesi

RI Melawan Pesimisme terhadap Dampak Resesi

Dari laporan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI sampai kuartal I tahun 2020 masih memanfaatkan kontribusi konsumsi rumah tangga sebesar 58,14%. Adapun dari sektor ekspor, kontribusi ekonomi mencapai 17,43%. 

Justru keadaan tersebut dinilai sebagai berkah tersendiri bagi tanah air karena berkurangnya ketergantungan pada negara lain. Ditambah lagi, sektor konsumsi dalam negeri ini dapat dijadikan sebagai penggerak pemulihan ekonomi, terutama pasca pandemi COVID-19. 

Oleh karena itu, para pakar ekonomi Indonesia menyarankan pada pemerintah untuk kembali berfokus pada daya beli masyarakat untuk membeli produk dalam negeri. Salah satu pendekatannya adalah dengan memperkuat UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) untuk mendukung kemandirian rakyat serta mendongkrak sektor konsumsi dalam negeri. 

Di samping itu, Indonesia berpeluang besar selamat dari dampak resesi Singapura karena beberapa tahun terakhir ini telah menemukan pasar ekspor alternatif, di antaranya ke Eropa, terutama Swiss dan Inggris. Dengan demikian, upaya tersebut dinilai cukup efektif guna menekan dampak resesi ekonomi dari negara-negara tetangga. 

Kesimpulan

Setelah mengetahui kabar bahwa Singapura resesi di tahun 2020 ini, alangkah baiknya Indonesia terus menjaga kestabilan perekonomian negara. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan negara ini dari jurang resesi. Bagaimana dengan kita sebagai rakyatnya? Ayo, semangat bekerja dan berinvestasi, agar kondisi perekonomian bangsa tetap terjaga. 

Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran!

Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 16% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja.

BLOG100

Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi (021) 5091-6006 atau email ke [email protected].